COUNTINEWS - Empat pekerja proyek yang sedang memperbaiki plengsengan jalan menuju ke Telaga Sarangan, Magetan, tewas tertimbun tanah longsor, Minggu (16/10/2011).
Siyam, warga Dusun Ngerong, Desa Dadi, Kecamatan Plaosan, Magetan salah satu korban selamat, mengatakan, kecelakaan terjadi saat ia bersama lima korban sedang berada di bawah plengsengan yang sedang dikerjakan.
Menjelang longsor, ia (sebagai kuli) diminta naik untuk membantu tukang. Nah, saat mendaki lereng plengsengan itulah tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang seketika mengubur semua tukang dan kuli yang ada di bawah.
“Saya masih beruntung, Pak. Masih diberi hidup oleh Yang di Atas,” tutur Ny Siyam, ibu satu anak saat ditemui di RSU. “Selama beberapa hari ini, saya dan teman-teman kuli sedang mengerjakan pasangan batu di bawah. Tapi, karena di atas kuli, saya diminta naik,” tambahnya.
Proyek plengsengan alias talud yang diborong PT Aneka Tehnik itu dikerjakan 14 pekerja. Kemarin, mereka tengah mengerjakan lapisan kedua setelah talud pertama dengan kemiringan sekitar 9 derajat dan ketinggian lebih dari delapan meter rampung.
Karena kemarin hari Minggu, pengerjaan proyek dengan leading sector Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jatim itu tidak didampingi pengawas dan konsultan. Yang ada hanya mandor pelaksana.
Plengsengan sepanjang sekitar 50 meter yang tengah dibangun ini berada di atas Telaga Wurung alias Telaga Wahyu (bersebelahan dengan perkebunan strawberry) di Dusun Pakel, Desa Dadi, Kecamatan Plaosan. Talud itu diperbaiki karena pernah longsor pada musim hujan tahun lalu.
“Pekerja proyek itu semua orang Dusun Pakel. Hanya saya yang dari Dusun Ngerong, tapi satu desa. Orang perempuannya enam, dua di antaranya meninggal, yakni Yanti dan Yatmi,” kata Ny Siyam yang beberapa kali meneteskan air mata saat melihat jenazah rekan-rekannya tiba di RSU.
Tanah di plengsengan itu longsornya diduga karena tidak kuat menahan getaran ratusan kendaraan yang lalu lalang di atasnya. Maklum, pada hari Minggu banyak wisatawan yang berkunjung ke Telaga Sarangan, sekitar 3 kilometer dari lokasi kejadian. Selain itu, juga karena getaran mesin pengaduk semen.
“Bukan karena hujan, tapi karena getaran dari kendaraan yang lewat, seperti bus dan truk-truk yang mau ke wisata Sarangan. Tapi, saat kejadian itu saya tidak memperhatikan ada kendaraan yang lewat atau tidak. Soalnya kondisi di proyek kacau,” jelas Ny Siyam yang juga dibenarkan oleh sejumlah saksi mata di lokasi kejadian. “Getaran mesin pengaduk semen dan pasir sangat kuat,” ujar seorang warga setempat.
[Tribunnews.com]
Siyam, warga Dusun Ngerong, Desa Dadi, Kecamatan Plaosan, Magetan salah satu korban selamat, mengatakan, kecelakaan terjadi saat ia bersama lima korban sedang berada di bawah plengsengan yang sedang dikerjakan.
Menjelang longsor, ia (sebagai kuli) diminta naik untuk membantu tukang. Nah, saat mendaki lereng plengsengan itulah tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang seketika mengubur semua tukang dan kuli yang ada di bawah.
“Saya masih beruntung, Pak. Masih diberi hidup oleh Yang di Atas,” tutur Ny Siyam, ibu satu anak saat ditemui di RSU. “Selama beberapa hari ini, saya dan teman-teman kuli sedang mengerjakan pasangan batu di bawah. Tapi, karena di atas kuli, saya diminta naik,” tambahnya.
Proyek plengsengan alias talud yang diborong PT Aneka Tehnik itu dikerjakan 14 pekerja. Kemarin, mereka tengah mengerjakan lapisan kedua setelah talud pertama dengan kemiringan sekitar 9 derajat dan ketinggian lebih dari delapan meter rampung.
Karena kemarin hari Minggu, pengerjaan proyek dengan leading sector Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jatim itu tidak didampingi pengawas dan konsultan. Yang ada hanya mandor pelaksana.
Plengsengan sepanjang sekitar 50 meter yang tengah dibangun ini berada di atas Telaga Wurung alias Telaga Wahyu (bersebelahan dengan perkebunan strawberry) di Dusun Pakel, Desa Dadi, Kecamatan Plaosan. Talud itu diperbaiki karena pernah longsor pada musim hujan tahun lalu.
“Pekerja proyek itu semua orang Dusun Pakel. Hanya saya yang dari Dusun Ngerong, tapi satu desa. Orang perempuannya enam, dua di antaranya meninggal, yakni Yanti dan Yatmi,” kata Ny Siyam yang beberapa kali meneteskan air mata saat melihat jenazah rekan-rekannya tiba di RSU.
Tanah di plengsengan itu longsornya diduga karena tidak kuat menahan getaran ratusan kendaraan yang lalu lalang di atasnya. Maklum, pada hari Minggu banyak wisatawan yang berkunjung ke Telaga Sarangan, sekitar 3 kilometer dari lokasi kejadian. Selain itu, juga karena getaran mesin pengaduk semen.
“Bukan karena hujan, tapi karena getaran dari kendaraan yang lewat, seperti bus dan truk-truk yang mau ke wisata Sarangan. Tapi, saat kejadian itu saya tidak memperhatikan ada kendaraan yang lewat atau tidak. Soalnya kondisi di proyek kacau,” jelas Ny Siyam yang juga dibenarkan oleh sejumlah saksi mata di lokasi kejadian. “Getaran mesin pengaduk semen dan pasir sangat kuat,” ujar seorang warga setempat.
[Tribunnews.com]
No comments:
Post a Comment