Foto-foto Kelaparan Ancam Bayi Somalia

COUNTINEWS--Kemarau Panjang, Bayi Somalia Kelaparan~ Alih-alih senyum menggemaskan, yang terpancar di wajah bayi tujuh bulan itu justru ekspresi ngeri yang memprihatinkan. Pipinya sama sekali tak montok seperti lazimnya bocah-bocah lain, cekung. Kepalanya nampak lebih besar dari tubuhnya, dengan sepasang mata lebar yang membelalak. Dan tubuhnya, benar-benar kurus, tinggal tujuh ons. Hanya ada kulit yang membungkus rangka dada dan tulang lengannya yang mungil.

Mihag Gedi Farah -- nama bayi itu hanya bisa diam dalam buaian sang ibu yang tak mampu berbuat banyak. "Bayiku sakit, aku sangat menderita memikirkannya," kata Asiah Dagane, ibu Mihag, seperti dimuat Daily Mail, 27 Juli 2011.

Mihag Gedi Farah, bayi berusia tujuh bulan yang menderita malnutrisi menjalani perawatan di Komite Penyelamatan Internasional, IRC, Kenya, Selasa 26 Juli, 2011. Foto: AP Photo/Schalk van Zuydam

Mihag Gedi Farah, bayi berusia tujuh bulan yang menderita malnutrisi menjalani perawatan di Komite Penyelamatan Internasional, IRC, Kenya, Selasa 26 Juli, 2011. Foto: AP Photo/Schalk van Zuydam

Mihag Gedi Farah, bayi berusia tujuh bulan yang menderita malnutrisi menjalani perawatan di Komite Penyelamatan Internasional, IRC, Kenya, Selasa 26 Juli, 2011. Foto: AP Photo/Schalk van Zuydam

Mihag Gedi Farah, bayi berusia tujuh bulan yang menderita malnutrisi menjalani perawatan di Komite Penyelamatan Internasional, IRC, Kenya, Selasa 26 Juli, 2011. Foto: AP Photo/Schalk van Zuydam






Asiah membawa Mihag dan empat anaknya yang lain dari Kismayo, Somalia ke Kenya, setelah semua domba dan hewan ternak mereka mati. Mereka harus menempuh jarak seminggu untuk mencapai kamp bantuan internasional. Dengan berjalan kaki.



Menurut perawat yang menanganinya, Mihag menderita malnutrisi sangat parah. Perawat dari International Rescue Comitte, Sirat Amine mengatakan, kesempatan Mihag untuk bertahan hidup hanya 50 persen. "Tentunya kami tak memberitahu ibunya, bahwa bayi itu mungkin tak akan bertahan. Yang bisa kami lakukan, terus memberi mereka harapan," tambah dia.

Penderitaan tak hanya dialami Mihag seorang. Ia hanya satu 800.000 anak Afrika yang terancam tewas kelaparan. Kekeringan panjang, yang terburuk selama beberapa dekade, membuat tanaman mati, sumber air kering kerontang bagai gurun. Hewan-hewan ternak pun takluk. Tak ada lagi yang bisa dimakan.

Para relawan bergegas membawa bantuan ke daerah daerah berbahaya, yang sebelumnya tak bisa dijangkau di Somalia, demi menyelamatkan nyawa-nyawa yang terancam.

Masih banyak anak-anak dan orang dewasa kelaparan yang tetap bertahan di Somalia -- jauh dari makanan dan dokter rumah sakit lapangan di kamp-kamp pengungsi di Kenya dan Ethiopia.

PBB memperkirakan lebih dari 11 juta orang di Afrika Timur terdampak kemarau, 3,7 juta lainnya berada di Somalia. Mereka adalah yang paling berisiko tewas kelaparan. Sebab, tak hanya kekeringan yang dihadapi, juga perang saudara yang berlarut-larut.

Kekeringan di Somalia berubah menjadi malapetaka sebab, baik pemerintah maupun organisasi internasional tak bisa menjagkau daerah yang dikuasai militan Al Shabab -- yang diduga berafiliasi dengan Al Qaeda. Para relawan internasional bahkan bertaruh nyawa, sebab pasukan pemberontak tak segan membunuh mereka.

Akhir pekan ini, PBB akan mengangkut makanan darurat ke setidaknya 170 ribu dari 2,2 juta warga Somalia yang belum tersentuh bantuan.

Operasi pemberian ransum ke empat kabupaten di Somalia selatan akan dimulai Kamis 28 Juli 2011, namun transportasi menjadi kendala utama. Ranjau darat memutuskan jalan-jalan utama. Sementara landasan bandara rusak parah dan tak bisa didarati pesawat.

Dalam 12 bulan mendatang, PBB menargetkan pengumpulan bantuan sebesar US$1,6 miliar untuk mengatasi krisis di kawasan 'Tanduk Afrika'. Atau makin banyak nyawa yang akan melayang. Foto Bayi Somalia korban kelaparan, klik di sini.(sumber From• VIVAnews)

No comments:

Post a Comment

Pages