Kisah TKW Diperkosa Majikan di Arab Saudi - Nasib buruk akhirnya benar-benar menimpa ST, tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Arab Saudi. Setelah pernah diberitakan sempat mengalami pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan oleh majikannya, kali ini ST tak kuasa menggagalkan nafsu bejat majikannya sehingga berhasil diperkosa.
Karena takut kebejatan majikannya terulang lagi, pembantu rumah tangga tersebut melarikan diri ke KBRI yang berada di Arab Saudi dan langsung menceritakan kejadian tersebut kepada orangtuanya, Irianto dan Desak Siti Asiah, warga Lingkungan Kampung Baru, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Tidak hanya mengalami pelecehan seksual dan perkosaan, ST juga sering diperlakukan tidak layak oleh majikannya, seperti dipukul dan dicekik. Bahkan, sang majikan juga tidak pernah membayar gaji remaja putri kelahiran tahun 1993 ini selama delapan bulan terakhir.
Lantaran tidak kuat menanggung beban tersebut, remaja yang hanya mengenyam bangku pendidikan sampai kelas IX SMU ini kabur dari tempatnya bekerja. Sambil membawa bekal seadanya, ST langsung menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berada di Arab Saudi dan menceritakan nasib yang menimpanya.
Dari kantor itu juga, ST berusaha menghubungi orangtuanya yang berada di Banyuwangi dan menceritakan semuanya. Mengetahui anaknya telah diperkosa oleh majikannya, Irianto mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat guna mengadukan nasib yang menimpa buah hatinya tersebut, Rabu (27/7/2011).
Menurut bapak tiga anak ini, usaha yang pernah dilakukan untuk menyelamatkan nasib sang anak tidak mendapat tanggapan serius dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyuwangi. Padahal waktu itu, derita yang menimpa ST masih dalam tahap pelecehan seksual dan percobaan perkosaan.
Irianto meminta kepada pemerintah agar anaknya segera dipulangkan dan berharap majikan yang telah memperkosa anaknya mendapat hukuman yang setimpal. Irianto mengaku kedatangannya ke gedung DPRD kali ini adalah meminta keadilan karena selama ini merasa dipermainkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Banyuwangi yang tidak menanggapi aduannya. Padahal, Irianto sudah beberapa kali mendatangi dan memberitahukan masalah yang sedang menimpa putrinya.
"Saya sangat terpukul setelah anak saya telepon dan mengatakan bahwa dia telah diperkosa oleh majikannya. Saya tidak juga menyangka, kekhawatiran yang selama ini ada di pikiran akhirnya benar-benar terjadi. Saya sangat kecewa dengan pemerintah yang lamban dalam menangani kasus ini. Padahal sebelumnya saya sudah meminta kepada dinas terkait dan pemerintah daerah setempat untuk segera memulangkan anak saya," ungkap Irianto.
Sementara itu, Ketua DPRD Banyuwangi Hermanto menyatakan, pihaknya segera menindaklanjuti pengaduan tersebut. Bahkan, Hermanto juga akan memanggil Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk permasalahan ini. "Secepatnya kami akan menindaklanjuti masalah ini, dan kami akan meminta pemerintah daerah agar dalam waktu dekat bisa memulangkan ST dari Arab Saudi," ujarnya.
Sementara itu, Pengawas Hubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi, Dodik Widodo, mengaku bahwa pihaknya sudah menindaklanjuti kasus tersebut. Bahkan, dinas terkait juga sudah mengirim surat ke Kementerian Tenaga Kerja, BNP2TKI, dan perusahaan yang memberangkatkan ST, yaitu PT Rahmat Jasa Saphira (Rajasa). Bahkan, perusahaan yang memberangkatkan menyatakan tidak terjadi pemerkosaan terhadap ST. Jawaban tersebut sangat berbeda dengan pengaduan yang disampaikan oleh orangtua.
Menurut Dodik, pembuktian kasus itu diserahkan kepada Kementrian Luar Negeri dan BNP2TKI. "Kami hanya memfasilitasi," ujarnya.
Sebelumnya, ST yang bekerja di rumah keluarga Abu Kholid, seorang purnawirawan polisi sejak 23 Maret 2010 ini, sempat menjadi pemberitaan hangat karena berusaha bunuh diri jika tidak segera dipulangkan dari tempatnya bekerja. Ini karena ia tidak kuat menanggung beban lantaran harus mengalami pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan yang dilakukan majikannya setiap hari.
Sungguh miris kan? Seperti halnya artikel sebelumnya yakni Cerita TKI (TKW) Jadi Buruh Seks di Arab Saudi. sumber
Karena takut kebejatan majikannya terulang lagi, pembantu rumah tangga tersebut melarikan diri ke KBRI yang berada di Arab Saudi dan langsung menceritakan kejadian tersebut kepada orangtuanya, Irianto dan Desak Siti Asiah, warga Lingkungan Kampung Baru, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Tidak hanya mengalami pelecehan seksual dan perkosaan, ST juga sering diperlakukan tidak layak oleh majikannya, seperti dipukul dan dicekik. Bahkan, sang majikan juga tidak pernah membayar gaji remaja putri kelahiran tahun 1993 ini selama delapan bulan terakhir.
Lantaran tidak kuat menanggung beban tersebut, remaja yang hanya mengenyam bangku pendidikan sampai kelas IX SMU ini kabur dari tempatnya bekerja. Sambil membawa bekal seadanya, ST langsung menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berada di Arab Saudi dan menceritakan nasib yang menimpanya.
Dari kantor itu juga, ST berusaha menghubungi orangtuanya yang berada di Banyuwangi dan menceritakan semuanya. Mengetahui anaknya telah diperkosa oleh majikannya, Irianto mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat guna mengadukan nasib yang menimpa buah hatinya tersebut, Rabu (27/7/2011).
Menurut bapak tiga anak ini, usaha yang pernah dilakukan untuk menyelamatkan nasib sang anak tidak mendapat tanggapan serius dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyuwangi. Padahal waktu itu, derita yang menimpa ST masih dalam tahap pelecehan seksual dan percobaan perkosaan.
Irianto meminta kepada pemerintah agar anaknya segera dipulangkan dan berharap majikan yang telah memperkosa anaknya mendapat hukuman yang setimpal. Irianto mengaku kedatangannya ke gedung DPRD kali ini adalah meminta keadilan karena selama ini merasa dipermainkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Banyuwangi yang tidak menanggapi aduannya. Padahal, Irianto sudah beberapa kali mendatangi dan memberitahukan masalah yang sedang menimpa putrinya.
"Saya sangat terpukul setelah anak saya telepon dan mengatakan bahwa dia telah diperkosa oleh majikannya. Saya tidak juga menyangka, kekhawatiran yang selama ini ada di pikiran akhirnya benar-benar terjadi. Saya sangat kecewa dengan pemerintah yang lamban dalam menangani kasus ini. Padahal sebelumnya saya sudah meminta kepada dinas terkait dan pemerintah daerah setempat untuk segera memulangkan anak saya," ungkap Irianto.
Sementara itu, Ketua DPRD Banyuwangi Hermanto menyatakan, pihaknya segera menindaklanjuti pengaduan tersebut. Bahkan, Hermanto juga akan memanggil Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk permasalahan ini. "Secepatnya kami akan menindaklanjuti masalah ini, dan kami akan meminta pemerintah daerah agar dalam waktu dekat bisa memulangkan ST dari Arab Saudi," ujarnya.
Sementara itu, Pengawas Hubungan Industrial Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi, Dodik Widodo, mengaku bahwa pihaknya sudah menindaklanjuti kasus tersebut. Bahkan, dinas terkait juga sudah mengirim surat ke Kementerian Tenaga Kerja, BNP2TKI, dan perusahaan yang memberangkatkan ST, yaitu PT Rahmat Jasa Saphira (Rajasa). Bahkan, perusahaan yang memberangkatkan menyatakan tidak terjadi pemerkosaan terhadap ST. Jawaban tersebut sangat berbeda dengan pengaduan yang disampaikan oleh orangtua.
Menurut Dodik, pembuktian kasus itu diserahkan kepada Kementrian Luar Negeri dan BNP2TKI. "Kami hanya memfasilitasi," ujarnya.
Sebelumnya, ST yang bekerja di rumah keluarga Abu Kholid, seorang purnawirawan polisi sejak 23 Maret 2010 ini, sempat menjadi pemberitaan hangat karena berusaha bunuh diri jika tidak segera dipulangkan dari tempatnya bekerja. Ini karena ia tidak kuat menanggung beban lantaran harus mengalami pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan yang dilakukan majikannya setiap hari.
Sungguh miris kan? Seperti halnya artikel sebelumnya yakni Cerita TKI (TKW) Jadi Buruh Seks di Arab Saudi. sumber
iya, sungguh menyedihkan. terima kasih telah berbagi cerita.
ReplyDeletehttp://kafebuku.com/burung-burung-migran-novelisasi-kisah-nyata-perempuan-tki-di-negeri-orang/