COUNTINEWS.CO.CC- Fakta Kanker Serviks Di masyarakat telah berkembang berbagai mitos mengenai kanker serviks. Celakanya, banyak di lingkungan masyarakat kita mempercayai, karena itulah yang mereka kenal dibandingkan fakta yang ada. Meski sedikit demi sedikit pemahaman sudah mulai membaik, tapi sayangnya tidak diikuti dengan tindakan pencegahan.
Di Indonesia setiap hari 37 perempuan terdiagnosis kanker ini, 20 di antaranya meninggal dunia.
Menurut dr. Sigit Purbadi, Sp.OG(K), pendiri & Dewan Komite Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia (IPKASI), tingginya kanker serviks di Indonesia disebabkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang kanker serviks. Itu bisa ditunjukkan dengan 70 persen wanita datang ke dokter dalam stadium lanjut.
"Ini disebabkan masih banyaknya kesalahpahaman atau mitos tentang kanker serviks yang ada di masyarakat. Jika ini terus berlanjut, maka penyakit ini tidak akan pernah habis sehingga yang diperlukan sekarang ini adalah meluruskan," ungkap Sigit dalam temu media saat peluncuran situs www.kankerserviks.com di Jakarta belum lama ini.
Berbagai mitos dan fakta yang ada di masyarakat, membuat tenaga kesehatan terhambat saat harus memberikan informasi yang benar mengenai kanker serviks.
IPKASI sendiri setidaknya merilis mitos yang ada di masyarakat :
1. Mitos : Kanker serviks atau kanker leher rahim sama dengan kanker rahim
Fakta : Serviks adalah bagian paling bawah dari badan rahim. Kanker Serviks adalah tumbuhnya sel sel tidak normal pada serviks (leher rahim). Jadi kehadirannya melalui tahapan lesa pra kanker bukan tiba-tiba. Jika ketahuan sejak awal bisa ditangani.
2. Mitos : Tidak perlu khawatir kanker serviks tidak banyak terjadi
Fakta : Di Indonesia 37 perempuan terdiagnosa kanker serviks setiap harinya. Diperkirakan 20 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks setiap hari. Bagi perempuan yang menderita penyakit ini akan mengganggu perannya sebagai istri di samping biaya pengobatannya masih tergolong mahal hingga Rp 40 juta.
3. Mitos : Kanker serviks penyakit keturunan
Fakta : Kanker serviks disebabkan oleh virus human papilloma onkogenik (HPV) yang bersifat onkogenik (penyebab kanker). HPV tipe 16 dan 18 bersama sama menyebabkan 71 persen kasus kanker serviks. Tipe HPV onkogenik lainnya penyebab kanker serviks adalah 31, 33 dan 45 yang bersama dengan tipe 16 dan 18 menyebabkan 80 persen kanker serviks.
4. Mitos : Tidak perlu khawatir kanker serviks jika sudah memiliki hubungan yang stabil dengan pasangan.
Fakta : Setiap perempuan dapat terinfeksi HPV semasa hidupnya. Bahkan jika telah terinfeksi tidak berarti bahwa dia akan terlindung dari inveksi berikutnya. Infeksi virus menyebabkan kanker serviks dapat mengakibatkan terjadinya sel abnormal dan pra kanker yang seiring dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi kanker.
5. Mitos : Kanker serviks hanya menyerang perempuan lanjut usia.
Fakta : Kanker serviks dapat menjadi ancaman semua perempuan tanpa memandang usia. Adenokarsinoma (kanker serviks yang paling agresif) merupakan kanker serviks yang lebih sering terjadi pada perempuan muda dan lebih sulit terdeteksi melalui skrining atau deteksi dini.
6. Mitos : Pemakaian kondom mencegah kanker serviks
Fakta : Kondom tidak sepenuhnya melindungi perempuan dari infeksi HPV karena penyebaran virus tidak hanya melalui penetrasi seksual tetapi bisa melalui kontak ke kulit di area genital. Perempuan yang aktif seksual rentan terhadap infeksi HPV sepanjang hidupnya.
7. Mitos : Gejala kanker serviks mudah dilihat
Fakta : Kebanyakan infeksi awal HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan gejala sedikitpun sehingga penderita masih bisa menjalani kegiatan sehari hari. Apabila kanker serviks sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut maka gejala yang ditimbulkan antara lain pendarahan sesudah senggama, pendarahan spontan yang terjadi di antara periode menstruasi rutin dan nyeri panggul dan nyeri saat berhubungan seksual.
8. Mitos : Kanker serviks tidak dapat dicegah
Fakta : Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer terhadap kanker serviks dengan membantu pembentukan antibodi. Papsmear merupakan pencegahan sekunder yang berfungsi mendeteksi sel abnormal atau lesi prakanker.
9. Mitos : Tidak ada alasan untuk memvaksinasi remaja puteri.
Fakta : Penelitian menunjukkan bahwa rentang waktu sejak pertamakali berhubungan seksual sampai dengan usia 25 30 tahun merupakan periode insidensi dan prevalensi infeksi virus penyebab kanker serviks tertinggi pada perempuan. Maka dari itu sangat penting memvaksinasi perempuan muda sedini mungkin untuk mengurangi resiko mereka sebelum terinfeksi virus penyebab kanker serviks.
10. Mitos : Pada perempuan menikah tidak perlu diberikan vaksinasi cukup skrining saja.
Fakta : Skrining tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV. Skrining yang diikuti dengan vaksinasi dapat membantu mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif dibandingkan dengan tanpa tindakan sama sekali. Vaksinasi dilakukan dalam tiga tahap pemberian yaitu bulan ke 0, 1 atau 2, dan 6.
11. Mitos : Vaksinasi HPV mempunyai efek samping yang berbahaya
Fakta : Vaksin HPV umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Reaksi paling umum terlihat setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikan seperti nyeri, kemerahan dan bengkak. Efek samping umum lainnya termasuk nyeri otot dan sakit kepala namun biasanya bersifat sementara.
sumber
Di Indonesia setiap hari 37 perempuan terdiagnosis kanker ini, 20 di antaranya meninggal dunia.
Menurut dr. Sigit Purbadi, Sp.OG(K), pendiri & Dewan Komite Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia (IPKASI), tingginya kanker serviks di Indonesia disebabkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang kanker serviks. Itu bisa ditunjukkan dengan 70 persen wanita datang ke dokter dalam stadium lanjut.
"Ini disebabkan masih banyaknya kesalahpahaman atau mitos tentang kanker serviks yang ada di masyarakat. Jika ini terus berlanjut, maka penyakit ini tidak akan pernah habis sehingga yang diperlukan sekarang ini adalah meluruskan," ungkap Sigit dalam temu media saat peluncuran situs www.kankerserviks.com di Jakarta belum lama ini.
Berbagai mitos dan fakta yang ada di masyarakat, membuat tenaga kesehatan terhambat saat harus memberikan informasi yang benar mengenai kanker serviks.
IPKASI sendiri setidaknya merilis mitos yang ada di masyarakat :
1. Mitos : Kanker serviks atau kanker leher rahim sama dengan kanker rahim
Fakta : Serviks adalah bagian paling bawah dari badan rahim. Kanker Serviks adalah tumbuhnya sel sel tidak normal pada serviks (leher rahim). Jadi kehadirannya melalui tahapan lesa pra kanker bukan tiba-tiba. Jika ketahuan sejak awal bisa ditangani.
2. Mitos : Tidak perlu khawatir kanker serviks tidak banyak terjadi
Fakta : Di Indonesia 37 perempuan terdiagnosa kanker serviks setiap harinya. Diperkirakan 20 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks setiap hari. Bagi perempuan yang menderita penyakit ini akan mengganggu perannya sebagai istri di samping biaya pengobatannya masih tergolong mahal hingga Rp 40 juta.
3. Mitos : Kanker serviks penyakit keturunan
Fakta : Kanker serviks disebabkan oleh virus human papilloma onkogenik (HPV) yang bersifat onkogenik (penyebab kanker). HPV tipe 16 dan 18 bersama sama menyebabkan 71 persen kasus kanker serviks. Tipe HPV onkogenik lainnya penyebab kanker serviks adalah 31, 33 dan 45 yang bersama dengan tipe 16 dan 18 menyebabkan 80 persen kanker serviks.
4. Mitos : Tidak perlu khawatir kanker serviks jika sudah memiliki hubungan yang stabil dengan pasangan.
Fakta : Setiap perempuan dapat terinfeksi HPV semasa hidupnya. Bahkan jika telah terinfeksi tidak berarti bahwa dia akan terlindung dari inveksi berikutnya. Infeksi virus menyebabkan kanker serviks dapat mengakibatkan terjadinya sel abnormal dan pra kanker yang seiring dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi kanker.
5. Mitos : Kanker serviks hanya menyerang perempuan lanjut usia.
Fakta : Kanker serviks dapat menjadi ancaman semua perempuan tanpa memandang usia. Adenokarsinoma (kanker serviks yang paling agresif) merupakan kanker serviks yang lebih sering terjadi pada perempuan muda dan lebih sulit terdeteksi melalui skrining atau deteksi dini.
6. Mitos : Pemakaian kondom mencegah kanker serviks
Fakta : Kondom tidak sepenuhnya melindungi perempuan dari infeksi HPV karena penyebaran virus tidak hanya melalui penetrasi seksual tetapi bisa melalui kontak ke kulit di area genital. Perempuan yang aktif seksual rentan terhadap infeksi HPV sepanjang hidupnya.
7. Mitos : Gejala kanker serviks mudah dilihat
Fakta : Kebanyakan infeksi awal HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan gejala sedikitpun sehingga penderita masih bisa menjalani kegiatan sehari hari. Apabila kanker serviks sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut maka gejala yang ditimbulkan antara lain pendarahan sesudah senggama, pendarahan spontan yang terjadi di antara periode menstruasi rutin dan nyeri panggul dan nyeri saat berhubungan seksual.
8. Mitos : Kanker serviks tidak dapat dicegah
Fakta : Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer terhadap kanker serviks dengan membantu pembentukan antibodi. Papsmear merupakan pencegahan sekunder yang berfungsi mendeteksi sel abnormal atau lesi prakanker.
9. Mitos : Tidak ada alasan untuk memvaksinasi remaja puteri.
Fakta : Penelitian menunjukkan bahwa rentang waktu sejak pertamakali berhubungan seksual sampai dengan usia 25 30 tahun merupakan periode insidensi dan prevalensi infeksi virus penyebab kanker serviks tertinggi pada perempuan. Maka dari itu sangat penting memvaksinasi perempuan muda sedini mungkin untuk mengurangi resiko mereka sebelum terinfeksi virus penyebab kanker serviks.
10. Mitos : Pada perempuan menikah tidak perlu diberikan vaksinasi cukup skrining saja.
Fakta : Skrining tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV. Skrining yang diikuti dengan vaksinasi dapat membantu mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif dibandingkan dengan tanpa tindakan sama sekali. Vaksinasi dilakukan dalam tiga tahap pemberian yaitu bulan ke 0, 1 atau 2, dan 6.
11. Mitos : Vaksinasi HPV mempunyai efek samping yang berbahaya
Fakta : Vaksin HPV umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Reaksi paling umum terlihat setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikan seperti nyeri, kemerahan dan bengkak. Efek samping umum lainnya termasuk nyeri otot dan sakit kepala namun biasanya bersifat sementara.
sumber
No comments:
Post a Comment