Seorang sutradara yang akan mengadapatasi sebuah cerpen setidaknya harus memiliki konsep. Seorang sutradara juga harus mengetahui tema apa yang akan diambil, seperti apa cerita yang mau diangkat ke layar lebar.
Lola mengumpamakan proses tersebut seperti anak kecil yang sedang berkunjung ke toko permen. Di dalam toko, si anak kecil tidak mungkin membeli dan memakan semua permen. Sama halnya seperti ketika sutradara dan penulis cerpen bekerja sama. Mereka harus memilih benang merah apa yang akan diangkat serta kuat untuk menjadi sebuah film.
Setelah menentukan konsep, seorang sutradara harus mempunyai sikap. "Sikap dalam segala hal. Dia harus mengetahui apa yang dia mau."
Kemudian sutradara membawa konsep itu kepada segenap kru inti, seperti editor, kameraman, artistik, produser hingga pemain. Proses mengarahkan film sesuai konsep akan dengan gampang dilakukan sutradara jika mengetahui persis apa yang diinginkan.
Seorang sutradara juga harus bisa bekerjasama dengan seluruh tim. Tidak kalah pentingnya, menurut Lola, seorang sutradara harus mengerti teknik dasar. Artinya, walaupun tidak mengetahui secara detail tentang teknik kamera, seorang sutradara harus memahami seperti apa gambar yang nantinya akan dihasilkan.
Sutradara juga harus tahu hal–hal yang sedang menjadi tren, seperti bahasa dan fesyen. Jangan sampai sebuah produksi menghasilkan film yang basi alias jauh dari perkembangan yang sedang terjadi di masyarakat.
Proses editing, kata Lola, biasanya terakhir dilakukan. Bisa menggunakan peralatan yang simpel, tak harus canggih. Biasanya hanya diperlukan komputer jinjing dengan spesifikasi yang mumpuni untuk dapat proses pengeditan, dengan begitu biaya tinggi proses penyuntingan film dapat ditekan. (WEBTORIAL)
No comments:
Post a Comment