Kekacauan politik di Ekuador yang disebabkan oleh aksi polisi ternyata memiliki tujuan tersendiri. Berdasarkan rekaman pembicaraan polisi yang disiarkan kantor berita pemerintah, Andes, Presiden Rafael Correa akan dibunuh.
Seperti dilansir CNN, Kamis (7/10/2010), Correa menyebut penyerangan yang dilakukan polisi dan menahannya di rumah sakit selama 11 jam adalah sebuah upaya kudeta. Sebutan ini juga didukung oleh Sekjen Organisasi Negara-negara Amerika, Jose Miguel Insulza. Polisi turun ke jalan dan memprotes pemerintah yang mereka sebut memberikan batasan bonus dan kompensasi.
Dalam aksi itu, Correa kemudian menemui para polisi tersebut tetapi kemudian dikerubuti polisi dan kemudian menghina dan menembakkan gas air mata ke arah presiden. Dalam tayangan televisi, seorang pria meninju presiden dan mencoba merebut masker penutup wajahnya.
Correa kemudian dibawa ke rumah sakit di mana ia tak bisa keluar dari lokasi karena diserbu polisi. Militer kemudian datang dan menyerang polisi dan berhasil melepaskan sang presiden. Dalam rekaman suara itu, seorang pria berbicara mengenai rencana pembunuhan COrrea.
"Mereka harus bunuh Correa agar semua ini bisa berakhir. Bunuh Correa dan aksi demonstrasi ini akan berakhir," demikian petikan rekaman pembicaraan dari pria yang tak diketahui identitasnya itu.
Namun, tak semua sepakat dengan rencana pembunuhan itu. "Jangan bicara soal pembunuhan. Kita adalah polisi dan wakil dari penegakan hukum. Kita harus membela hak kita namun pria (Correa) harus berhenti jadi presiden," suara yang satunya mencoba menenangkan massa dalam rekaman itu.
Tribunnews.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment